Jumat, 17 Februari 2012

HAKIKAT MANUSIA

Oleh : Santi Sari Dewi

Pembicaraan tentang pendidikan tidak dapat dilepaskan dari pembicaraan tentang manusia. Tugas mendidik hanya mungkin dilakukan dengan benar dan tepat tujuan, jika pendidik memiliki gambaran yang jelas tentang siapa manusia itu sebenarnya. Di samping itu, teknologi yang masuk ke Indonesia selain memberikan dampak yang positif dan bermanfaat ternyata juga memberikan dampak negatif berupa dehumanisasi yang diharapkan dapat diminimalisasi atau dihilangkan sama sekali dengan mempelajari hakikat manusia dalam dunia pendidikan.

*      Sifat hakikat manusia
Pengertian sifat hakikat manusia adalah ciri – ciri karakteristik yang secara prinsipil (jadi bukan hanya gradual) membedakan manusia dengan hewan. Meskipun manusia dengan hewan banyak kemiripan terutama dari segi biologis.

*      Wujud sifat hakikat manusia
Pendidikan diri sendiri oleh Langeveld disebut self forming.
  1. Kemampuan menyadari diri
Djijakara : “meng-Aku” à kemampuan mengeksplorasi potensi-potensi yang ada pada aku dan memahami potensi-potensi tersebut sebagai kekuatan yang dapat dikembangkan sehingga aku berkembang ke arah kesempurnaan diri.

  1. Kemampuan bereksistensi à kemampuan menempatkan diri dan menerobos. Jika dalam diri manusia tidak terdapat kebebasan atau kemampuan bereksistensi, manusia tidak lebih dari sekedar ”esensi” belaka. Maksudnya, sekedar ber-ada dan tidak pernah ”meng-ada” atau ”ber-eksistensi.”
Yang membedakan manusia dengan hewan. Manusia sebagai manajer lingkungan sedangkan hewan sebagai onderdil.

  1. Kata hati ( conscience of man ) à Kemampuan pada diri manusia yang memberi penerangan tentang baik buruknya perbuatannya sebagai manusia.
Kriteria baik/benar dan buruk/salah harus dikaitkan dengan baik/benar dan buruk/salah bagi manusia sebagai manusia.

  1. Moral
Jika kata hati diartikan sebagai bentuk pengertian yang menyertai perbuatan maka yang dimaksud dengan moral (yang sering disebut etika) adalah perbuatan itu sendiri.
M.J. Langeveld menamakan pendidikan moral sebagai pendidikan kemauan (de oproedeling omzichzelfswil).
Etika berbeda dengan etiket. Etika berkenaan dengan benar/salah, sedangkan etiket berkenaan dengan sopan santun. Namun, etika dan etiket masih berhubungan satu sama lain.

  1. Tanggung jawab
Kata hati memberi pedoman, moral melakukan, dan tanggung jawab kesediaan menerima konsekuensi dari perbuatan.

  1. Rasa kebebasan
Merdeka adalah rasa bebas (tidak merasa terikat oleh sesuatu) tetapi sesuai dengan tuntutan dan kodrat manusia. Dalam hal ini ada dua hal yang bertentangan yakni ”rasa bebas” dan ”sesuai dengan tuntutan kodrat manusia (ada ikatan).”

g. Kewajiban dan hak
Dua macam yang timbul sebagai manifestasi dari manuisa sebagai makhluk sosial. Kewajiban bukan beban tetapi keniscayaan (Djijakara,1978:24-27). Selama seseorang menyebut dirinya manusia dan mau dipandang sebagai manusia maka kewajiban itu menjadi keniscayaan baginya.

  1. Kemampuan menghayati kebahagiaan
Ø  Kebahagiaan tidak terletak pada keadaannya sendiri secara faktual (lulus sebagai sarjana, mendapat pekerjaan, dan seterusnya) ataupun pada rangkaian prosesnya maupun pada perasaan yang diakibatkannya tetapi terletak pada kesanggupan menghayati semuanya itu dengan keheningan jiwa dan mendudukan hal-hal tersebut di dalam rangkaian atau ikatan tiga hal (usaha, norma-norma, dan takdir).
Ø  Kebahagiaan dapat diusahakan peningkatannya.
Dua yang dapat dikembangkan, yakni kemampuan berusaha dan kemampuan menghayati hasil usaha dalam kaitannya dengan takdir.

Berdasarkan asalnya darimana nilai-nilai kesusilaan diproduk :

Ø  Nilai otonom yang bersifat individual (kebaikan menurut pendapat seseorang).
Ø  Nilai heteronom yang bersifat kolektif (kebaikan menurut kelompok).
Ø  Nilai keagamaan (nilai yang berasal dari Tuhan).
Ø  Nilai otonom dan nilai heteronom harus bertumpu pada nilai theonom. Tuhan adalah alpha (pemula) dan omega (tujuan akhir).


Secara umum hakikat manusia dapat ditinjau dari aspek :
1.      Hakikat manusia dari segi antropologis
Manusia mempunyai keunikan dalam menciptakan budaya mereka sendiri, yang pada gilirannya budaya yang ia ciptakan akan memberikan dampak bagi kehidupannya dan konsep tentang manusia.

Manusia baru dikatakan bermakna apabila ia dapat menampilkan kemampuannya mewariskan nilai-nilai budayanya pada generasi penerus sekaligus mampu merekam apa yang pernah diperolehnya dari generasi sebelumnya.

2.      Hakikat manusia dari segi sosiologi
Compte berpendapat bahwa masyarakatlah yang menentukan individu.
Pemerintah Indonesia bertujuan membentuk manusia seutuhnya, artinya melihat manusia tidak hanya sekedar menerima nilai-nilai masyarakat saja, tetapi ia juga dapat menciptakan nilai-nilai baru dan menyampaikannya pada masyarakat.

3.      Hakikat manusia dari segi psikologi humanistik
Dipandang dari segi psikologi humanistik, Carl Rogers berpendapat bahwa ”Manusia itu pada dasarnya memiliki dorongan untuk mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif.” Manusia memiliki kemampuan untuk mengarahkan, mengatur, dan mengontrol diri sendiri apabila diberikan kesempatan untuk berkembang.
Dunia manusia adalah dunia kemungkinan (a process of becoming) dan ini berjalan terus tidak pernah selesai. Jadi, manusia itu sendirilah yang menggerakkan dirinya ke arah mana yang diinginkan. Manusia selalu aktif dalam upaya mencapai aktualisasi diri melalui hubungan dan dialog dengan lingkungan sekitarnya. Supaya manusia dapat mencapai pribadi yang luhur, manusia harus dapat mengendalikan dirinya baik terhadap realitas di luar diri maupun terhadap dirinya.

4.      Hakikat manusia dari dimensi pendidikan
  1. Pengembangan manusia sebagai makhluk individu
Setiap individu dikaruniai potensi yang berbeda dengan individu lain. Dikatakn oleh Langeveld, bahwa setiap anak itu unik, artinya setiap individu memiliki kehendak, perasaan, cita-cita, semangat, dan daya tahan yang berbeda. Langeveld juga mengatakan bahwa tiap individu mempunyai dorongan untuk mandiri, meskipun di sisi lain pada diri anak terdapat rasa tidak berdaya sehingga ia memerlukan bimbingan dari orang lain. Untuk dapat menolong dirinya sendiri, anak (individu) perlu mendapatkan pengalaman di dalam pengembangan konsep, prinsip, inisiatif, kreativitas, tanggung jawab, dan keterampilannya.

  1. Pengembangan manusia sebagai makhluk sosial
Manusia sejak lahir dikaruniai potensi sosialis, artinya setiap individu mempunyai kemungkinan untuk bergaul, yang di dalamnya ada kesediaan untuk memberi dan menerima. Manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkannya seorang diri. Kehadiran manusia lain dihadapannya bukan saja penting untuk mencapai tujuan hidupnya, tetapi juga merupakan saran untuk pertumbuhan dan perkembangan kepribadiannya. Melalui pendidikan dapat dikembangkan antara aspek individual dan aspek sosial manusia, artinya individulitas manusia dapat dikembangkan dengan belajar dari orang lain, mengidentifikasi sifat-sifat yang dikagumi dari orang lain untuk dimiliknya, serta menolak sifat-sifat yang dikagumi dari orang lain untuk dimilikinya, serta menolak sifat-sifat yang tidak dicocokinya.
Dikatakan oleh Imanuel Kant (filosof Jerman) bahwa manusia hanya menjadi manusia jika berada di antara manusia.

  1. Pengembangan manusia sebagai makhluk susila
Manusia dapat menetapkan tingkah laku mana yang baik dan bersifat susila serta tingkah laku mana yang tidak baik dan tidak bersifat susila. Melalui pendidikan diusahakan agar individu menjadi dua pendukung norma kaidah dan nilai – nilai susila yang dijunjung tinggi oleh masyarakat dan menjadi milik pribadi yang tercermin dalam tingkah laku sehari – hari. Penghayatan dan perwujudan norma, nilai, dan kaidah – kaidah sosial adalah sangat penting dalam rangka menciptakan ketertiban dan stabilitas kehidupan masyarakat.

  1. Pengembangan manusia sebagai makhluk beragama/religius
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang beragama. Beragama merupakan kebutuhan manusia karena manussia adalah makhluk yang lemah sehingga memerlukan tempat bertopang. Untuk itu, ia dituntut untuk menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya dengan sebaik-baiknya melalui pendidikan. Dalam hal ini orang tualah yang paling cocok sebagai pendidik karena pendidikan agama adalah persoalan afektif dan kata hati. Oleh karena itu harus dimulai sedini mungkin. Pemerintah dengan berlandaskan pada UU Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) memasukkan pendidikan agama di sekolah- sekolah merupakan pengkajian aghama yang telah ditingkatkan pada pengembangannya.

5.      Pengembangan dimensi hakikat manusia
Ø  Pengembangan yang utuh
Pengembangan yang utuh meliputi kualitas dimensi manusia itu secara potensial dan kualitas pendidikan yang disediakan untuk memberikan pelayanan atas perkembangannya. Pengembangan yang utuh baik dari pengembangan wujud dimensinya maupun arah pengembangannya.
Ø  Pengembangan yang tidak utuh.
Pengembangan yang tidak utuh terjadi jika ada unsur dimensi hakikat manusia yang terabaikan untuk ditangani.
 
Manusia sebagai makhluk serba terhubung
HK (Hubungan konsentris)                 à memahami positif dan negatif diri.
HH 1 (Hubungan Horizontal)             à perimbangan antara hak dan kewajiban.
HH 2 (Hubungan Horizontal)             à perimbangan antara mengeksploitasi
    dengan melestarikan.
HV (Hubungan Vertikal)                    à pemahaman dan pengalaman nilai agama.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Maelani, Sri Martini. Pengantar Ilmu Pendidikan. 2007. Jakarta : P4TK dan Fakultas Ilmu Pendidikan 
            Universitas Negeri Jakarta

Tirtarahardja, Umar dan La Sulo, S.L. Pengantar Pendidikan. 2005. Jakarta : Rineka Cipta.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Tugas pendidik hanya menunjukkan jalan dan mendorong subjek didik bagaimana cara memperoleh sesuatu dalam mengembangkan diri dengan berpedoman pada prinsip ing ngarso sungtulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani.

1 komentar:

  1. apakah masih ada sifat hakikat manusia.jika ada tolong ditambahkan

    BalasHapus